Lumajang adalah kabupaten di Jawa Timur yang berada di kaki
Gunung Tertinggi pulau Jawa yakni Mahameru atau Semeru. Namun, banyak
orang tidak tahu dimana letak Kabupaten Lumajang, maklum kota-nya tidak
berada di jalan Propinsi, orang lebih tahu Kota Jember, .
Jadi tidak salah bila penumpang bus dari luar kota tidak mengetahui
Lumajang yang memiliki peradaban sejarah yang cukup besar dijaman kerajaan
Tumapel, Singosari dan Wilwatikta (Mojopahit). Lumajang banyak disebut
daerah kantong dikarenakan jarang dimasuki oleh orang dari luar kota.
Lumajang dizaman pra sejarah dikenal dengan sebutan Nagara Lamajang bisa
dilihat dalam Prasasti Mulan Malurung yang dibuat oleh Raja Singosari
(Tumapel), Sminingrat atau Wisnuwardhana, ditemukan di kediri padan
tahun 1975 dan dalam prasasti itu bertuliskan angka tahun 1177 ( 1255
Masehi). Di prasasti itu disebutkan Sminingrat mengutus anaknya Narariya
Kirana sebagai juru pelindung Nagara Lamajang.
Pada masa Kerajaan Singosari (Tumapel) , Lamajang begitu penting karena
ada 2 fungsi. Pertama sebagai penghasil pertanian yang makmur. Kedua
sebagai pusar pertahanan dalam menghadapi wilayah timur Kerajaan.
Lamajang menjadi terkenal dan maju setelah Arya wiraraja adalah tokoh
besar yang lahir dari keturunan Brahmana dari Pulau bali Ida Manik
Angkeran datang ke jawa untuk menjengguk kakeknya. Karena sang kakek
meninggal, Arya Wiraraja yang memiliki Nama Ida Banyak Wide diangkat
menjadi anak Mpu Sedah.
Saat diasuh Empu Sedah yang menjadi penasehat Raja Airlangga, Arya
Wiraraja mengenal sesosok gadis anak bangsawan kerajaan Kediri yakni
Ageng Pinatih. Dikarenakan Wiraraja sangatmencintai sang gadis, orang
tua angkatnya tidak bisa menolak, meski dia adalah keturunan Brahmana.
Setelah menikah dengan Ageng Pinatih, Wiraraja menjadi adipati di
Kerajaan Kediri. Arya Wiraraja adalah punggawa kerajaan kediri yang
kritis dalam membangun Kerajaan Kediri.
Namun, karir jabatan sebagai adipati yang
berpengaruh di Kediri harus berakhir, saat Kediri (Tumapel) dipimpin
oleh Kertanegara. Arya wiraraja diminta untuk memimpin Kerajaan Madura
yang beribukota di Sogenep, sekarang menjadi Sumenep.
Pada 1295 masehi Lamajang menjadi Kerajaan yang berdaulat (tanah
pardikan) dengan Prabu Arya Wiraraja sebagai rajanya. Arya Wiraraja
menjadi raja Mojopahit Timur dengan ibu kota di Lamajang dikarenakan
sesuai perjanjian dengan raden Wijaya, Raja Wilwatikta (Majapahit Barat)
akan membagi wilayah Majapahit menjadi dua.
Wiraraja menjadi Raja di Lamajang setelah anaknya Ranggalawe tewas
dibunuh oleh pungawa majapahit yang dipimpin Adipati Nambi, dikarenakan
melawan Wilwatikta. Wiraraja yang sedih dan Raden wijaya menyerahkan
bagian timur kerjaan Singosari sesuai dengan janjinya.
Beliau memerintah wilayah Tiga Juru (Lamajang, Panarukan
dan Blambangan atau wilayah tapal kuda sekarang) ditambah Madura dan
banyak menanamkan pengaruh di Bali. Kerajaan Lamajang ini ber- ibuk kota
di daerah Biting Kutorenon Kabupaten Lumajang hingga sekarang. Bahkan
peninggalan benteng kota raja Lamajang masih bisa dijumpai dan tertimbun
tanah (gundukan tanah).
Arya wiraraja adalah tokoh besar yang lahir
dari keturunan Brahmana dari Pulau bali Ida Manik Angkeran datang ke
jawa untuk menjengguk kakeknya. Karena sang kakek meninggal, Arya
Wiraraja yang memiliki Nama Ida Banyak Wide diangkat menjadi anak Mpu
Sedah.
Saat diasuh Empu Sedah yang menjadi penasehat raja Airlangga, Arya
Wiraraja mengenal sesosok gadis anak bangsawan kerajaan Kediri yakni
Ageng Pinatih. Dikarenakan Wiraraja sangatmencintai sang gadis, orang
tua angkatnya tidak bisa menolak, meski dia adalah keturunan Brahmana.
Setelah menikah dengan Ageng Pinatih, Wiraraja menjadi adipati di Kerajaan Kediri. Arya Wiraraja adalah punggawa kerajaan kediri yang kritis dalam membangun Kerajaan Kediri.
Namun, karir jabatan sebagai adipati yang berpengaruh di Kediri harus berakhir, saat Kediri (Tumapel) dipimpin oleh Kertanegara. Arya wiraraja diminta untuk memimpin Kerajaan Madura yang beribukota di Sogenep, sekarang menjadi Sumenep.
Arya Wiraraja meninggal pada tahun 1316 masehi dalam usia 87 tahun.
Patih Nambi sebagai salah satu putra beliau pulang ke Lamajang untuk
mengadakan upacara
dukacita ayahnya dan diserang majapahit dengan mendadak oleh Jayanegara
(Raja Majapahit setelah Raden Wijaya) atas hasutan dari Mahapatih(dalam
kitab Pararton).
Lamajang jatuh karena tidak ada persiapan perang. Fitnah ini membawa
bencana. Tujuh menteri utama Majapahit yang juga teman-temn seperjuangan
Raden Wijaya yang tidak puas pada keputusan memalukan ini ikut gugur di
Lamajang membela patih Nambi.
Perang Lamajang tahun 1316 m ini juga mempengaruhi peperangan yang lain
di wilayah bekas Kerajaan ini seperti Perang Lasem yang dipimpin teman
seperjuangan radeng Wijaya yaitu Ra Semi (1318 m), perang Kuti yang
akhirnya membuat raja melarikan diri ke luar kota Majapahit dan
diselamatkan Bekel Gajah Mada (1319 m), Perang sadeng (1328 m) dan
perang Keta (1328). Setelah Majapahit besar Lamajang yang sudah berganti
menjadi Virabhumi sekali lagi meberontak dan menimbulkan Perang
Paregreg yang akhirnya melemahkan Majapahit.
Kebesaran dan kekuatan ideologi kerajaan Lamajang ini bertahan sampai
tahun 162o-an dimana Lamajang sebagai pusat pusat pertahan terakhir
Kerajaan Hindu di Jawa bagian timur. Kerajaan Mataram yang jaya dan
menyebarkan ideologi keyakinin, Lamajang di hancurkan oleh Sultan Agung
dan Ibu kota Lamajang di daerah Biting dibakar, munculnya Kutorenon
(Ketonon alias terbakar atau dibakar).
Pada masa pemerintahan Kolonial, belanda yang sudah tahu akan kebesaran
sejarah Lamajang tidak mau membuka daerah memiliki pengaruh dalam
kebesaran nusantara. Lamajang ditaruh dibawah pemrintahan Afdelling Probolingga dan pada tahun 1929 diresmikan nama baru menjadi Kabupaten Lumajang dan KRT Kertao Adirejo sebagai regent pertama.
Sejarah kebesaran Nagara Lamajang (Lumajang) merupakan Kerajaan Merdeka yang belum pernah ditulis dan dihilangan dalam
buku sejarah mengenai perjuangan tokoh Arya Wiraraja sebagai arseitek
Nusantara. Lumajang juga mengalami kemunduran dan ketidak majuan hingga
saat ini, bahkan sejarah Lumajang seakan-akan ditutup hingga masyarakatnya sendiri tidak mengetahui.
Beruntung Kotaraja Lamajang di Situs Biting Dusun Biting I dan II Desa
Kutorenon Kecamatan Sukodono masih bisa ditemui dan menjadi tonggak
kembalinya semangat Lamajangan. Namun, Situs Biting yang berada di luas
lahan 135 hektar dengan ditemukan bangunan benteng sepanjang 10
kilometer, lebar 6 meter dan tinggi 10 meter dibiarkan terkubur dan
seakan-akan ditutup-tutupi oleh pemilik kebijakan. Bahkan di Situs
biting ada pengembang perumahan yang bisa mengancam kerusakan Situs Kota
Raja Lamajang yang meredeka dimasa-nya.
Beruntung ada sekolompok Masyarakat Peduli Peninggalan Mojopahit (MPPM)
Timur yang bergerak bersama Komunitas Mahasiswa Peduli Lumajang (KMPL),
Kelompok Pecinta Mojopahit Timur (Kopi Pahit) bersama Masyarakat Dusun
Biting menguak sejarah yang dikubur dan dilupakan. Save Situs Biting…!
Sekarang untuk kejayaan Nusantara dan Kemajuan Lumajang..!
Posting Komentar