Lumajang adalah seuatu wilayah yang terbentang di timur
gunung semeru ujung timur jawa. Secara
etimologi, kata Lumajang mempunyai 2 arti yaitu pertama, adalah arti spiritual dimana
berasal dari kata “Lumah atau Umah”, yang berarti rumah dan”Hyang” artinya Dewa
jadi Lamajang berarti “ rumahnya para Dewa”. Kedua adalah arti material yang
berasal dari kata “Ajang” yang berate “wadah atau mangko” yang berate tepat
subur”. Dari kedua arti tersebut Lamajang dapat di artikan suatu wilayah yang
merupakan tempat ritual yang di anggap suci yang juga sangat subur.
Pada jaman pra
sejarah, wilayah yang sekarang bernama Kabupaten Lumajang tersebut berkembang
mulai dari yang terdekat dengan gunung Semeru terutama lereng selatannya maupun
pantai-pantai selatan sehingga tidak
jarang di temukan peninggalan – peninggalan bersejarah seperti di situs
kandangan di Desa Kandangan Kecamatan Candipuro, Situs kamar kajang di Desa
Sumberwuluh Kecamatan Candipuro, Situs Karangmenjangan di Desa Tempurejo Tempur Sari. Tersebarnya situs-situs pra
sejarah di wilayah ini menandakan bahawa kepercayaan terhadap kesucian gunung
Mahameru atau Semeru sudah berkembang sejak jaman pra-hindu dan di lanjutkan
kepercayaan yang bersifat Hiduistik
Pada jaman rang
raja kameswara dari Kediri, perjalanan ritul dan ziarah ke gunung Semeru ini
berkembang sehingga pada tahun 1182 Masehi sang raja dengan di
sertai para pengawal melakukan ziarah suci seperti yang tertera dalam “Prasasti
Ranu Kumbolo”. Karena ramainya ziarah ke gunung Semeru tersebut, maka
berkembanglah desa-desa yang ramai. Perkembangan kemudian oleh kerajaan
Singosari semakin di perdayakan dengan membentuk sebuah pemerintahan vassal
di bawah Adipati Putri bernama “Nararya Kirana” yang merupakan putri raja
Sminingrat. Hal ini sesuai dengan isi Prasasti Mula Malurung yang berangka
tahun 1255 Masehi.
Dimana pusat
kerajaan Adipati Naraya Kirana? Menurut penelitian MPPM Timur, pusat kerajaan awal di Lumajang berkembang dari wilayah
selatan. Hal ini di karenakan hubungan erat Lumajang dengan daerah Malang
selatan yang mengarah pada komplek Cadi Gendong Putri. Dari Survei yang di
lakukan Tim MPPM Timur, struktur bangunan dengan engsel dari batu andesit dan
batu bata yang cukup kuno di perkirakan di bangun pada ke 12 dan ke 13 an.
Demikian dari informasi masyarakat di ketahui bahwa situs ini terdiri dari dari
komplek bangunan yang cukup luas dengan batu bata berserakan dalam jangkauan 1
km2. Hal ini di perkuat dengan donegeng tentang seorang putri cantik yang
kemudian diperistri seorang ksatria dengan jalan menculiknya dengan membuat terowongan
bawah tanah.
Posting Komentar